Saturday, December 13, 2008

Kemiri Untuk Rehabilitasi Hutan (http://dishut.jabarprov.go.id)


Demikian dikatakan Ketua Kelompok Kerja Jarak dan Energi Alternatif, Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Jawa Barat dan Ketua Pengembangan Agribisnis Pondok Pesantren Sunan Drajat, Hendra Natakarmana, di Bandung, hari kamis(18/10).

Asli Filipina
Kemiri sunan merupakan tumbuhan asli Filipina tetapi telah banyak tumbuh secara alami di Jabar dengan suhu yang optimal, 18-26 derajat Celcius.


Kemiri sunan dapat hidup di daerah berketinggian rendah sampai menengah, kemiri itu ditemukan lebih dari 1.000 meter diatas permukaan laut.

Kanopi tanaman yang rapat dan lebar mampu menahan tetesan air hujan langsung kepermukaan tanah sehingga dapat mengurangi erosi. Selain itu, penyerapan air ke dalam tanahpun meningkat. Akarnya berjenis tunggang sehingga bisa mencegah tanah longsor.
Kemiri sunan yang memiliki daun hingga puluhan ribu helai perpohon dapat mengikat karbondioksida (CO2) dan menghasilkan oksigen dalam jumlah besar. Menurut Hendra, luas lahan kritis di Indonesia saat ini mencapai 59.2 juta hektar.

Jika lahan hutan dan lahan tidak produktif tidak ditanami kemiri sunan, pohon-pohonya akan berjumlah lebih dari 10 miliar batang. “Apakah keadaan itu terealisasi, Indonesia akan menjadi penyuplai oksigen terbesar di dunia. Usia Kemiri sunan bisa lebih dari 75 tahun.”katanya.

Bahan Bakar Alternatif.
Selain sebagai solusi untuk rehabilitasi lahan kritis, kemiri sunan juga dapat digunakan sebagai bahan bakar balternatif. Potensi terbesar dari kemiri sunan terdapat pada buah yang terdiri dari biji dan cangkang. Pada biji terdapat inti dan kulit.
Inti itulah yang dapat diproses menjadi minyak untuk sumber energi alternatif pengganti solar atau biodiesel.

Hasil dari perahan adalah minyak berupa cairan bening berwarna kuning dan bungkil. Komposisi minyak antara lain terdiri dari asam palmitic sebanyak 10 persen, asam stearic 9 persen, asam oleic 12 persen, dan asam linoleic 19 persen.

Minyak kemiri sunan hasil perahan kemudian diproses lebih lanjut menjadi biodiesel. Fungsi lain minyak tersebut adalah sebagai bahan baku permis, cat, sabun, minyak kain, resin, kulit sintetis, pelumas, kampas, dan campuran pada pembersih atau pengilap.

Sisa dari ekstraksi berupa bungkil dapat diolah lebih lanjut menjadi biogas. Sebanyak tiga kilogram (kg) bungkil dapat menghasilkan 1,5 meter kubik biogas atau setara dengan seliter minyak tanah. Rata-rata kebutuhan biogas setiap rumah sebanyak 2-3 meter kubik per hari.
Berdasarkan itu, dibutuhkan 6-9 kg bungkil per hari atau 2-3 ton per tahun. Guna mencukupi kebutuhan, diperlukan sekitar 6 ton biji kering per tahun. Jika di asumsikan produktifitas per pohon dengan usia lebih dari tujuh tahun mencapai 500 kg biji kering per tahun, maka setiap rumah mampu mencukupi kebutuhan biogas hanya dengan menanam 12 pohon kemiri sunan.
Keluarga yang dapat memenuhi kebutuhannya itu tidak perlu lagi membeli minyak tanah. Hendra mengatakan, limbah bungkil dapat dipakai sebagai pupuk. “Bukan hal mustahil dengan kemiri sunan kita dapat mewujudkan desa mandiri energi dan pupuk,”ujarnya. (BAY)

No comments:

Post a Comment